Rangkuman Akuntansi Keperilakuan BAB 9 ASPEK KEPERILAKUAN PADA AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN
BAB 9
ASPEK KEPERILAKUAN PADA AKUNTANSI
PERTANGGUNGJAWABAN
A.
AKUNTANSI
PERTANGGUNGJAWABAN
Akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting) merupakan istilah yang digunakan dalam
menjelaskan akuntansi perencanaan serta pengukuran dan evaluasi kinerja
organisasi sepanjang garis pertanggungjawaban. Garis pertanggungjawaban ini
meliputi pendapatan serta biaya-biaya yang diakumulasikan dan dilaporkan oleh
pusat pertanggungjawaban. Pusat perttranggungjawaban merupakan bagian dalam
organisasi yang diakumulasikan secara menyeluruh untuk kepentingan pencatatan.
Akuntansi pertanggungjawaban adalah jawaban akuntansi
manajemen terhadap penegtahuan umum bahwa masalah-masalah bisnis dapat
dikendalikan seefektif mungkn dengan mengendalikan orang-orang yang bertanggung
jawab menjalankan operasi tersebut. Salah satu tujuan akuntansi pertanggungjawaban adalah
memastikan bahwa individu-individu pada seluruh tingkatan perusahaan telah memberikan kontribusi yang memuaskan
terhadap pencapaian tujuan perusahaan secara menyeluruh.
Akuntansi pertanggungjawaban adalah komponen yang penting
dari sistem pengendalian keseluruhan di suatu perusahaan. Manfaat khususnya berasal
dari fakta bahwa
struktur akuntansi pertanggungjawaban memberikan suatu kerangka kerja yang
berarti untuk melakukan perencanaan, agregasi data, dan pelaporan hasil kinerja
operasi di sepanjang jalur pertanggungjawaban dan pengendalian.
Akuntansi pertanggungjawaban
ditujukan untuk manusia, peran mereka, dan tugas-tugas yang
dibebankan pada mereka dan bukan sebagai mekanisme impersonal untuk akumulasi dan
pelaporan data secara keseluruhan.
B. AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN VERSUS AKUNTANSI
KONVENSIONAL
Akuntansi
pertanggungjawaban tidaklah melibatkan deviasi apa pun dari prinsip akuntansi yang
diterima secara umum. Akuntansi pertanggungjawaban berbeda dengan akuntansi
konvensional dalam hal cara operasi direncanakan dan cara data akuntansi
diklasifikasikan serta diakumulasikan. Dalam akuntansi konvensional, data
diklasifikasikan berdasarkan hakikat atau fungsinya dan tidak digambarkan
sebagai individu-individu yang
bertanggung jawab atas terjadinya dan pengendalian terhadap data tersebut.
Oleh karena itu, data akuntansi konvensional mempunyai nilai terbatas bagi
manajer dalam memantau efisiensi dari aktivitas harian mereka.
Akuntansi
pertanggungjawaban meningkatkan relevansi dari informasi akuntansi
dengan eara menetapkan suatu kerangka kerja untuk perencanaan, akumulasi
data, dan pelaporan yang sesuai dengan struktur organisasional dan h.erarki
pertanggungjawaban dari suatu perusahaan. Akuntansi pertanggungjawaban memberikan
suatu sentuhan pribadi terhadap mekanisme akumulasi data yang impersonal
dalam akuntansi konvensional dengan cara membahas manajer segmen secara
langsung dan dengan menyediakan tujuan serta hasil kinerja aktual atas faktor-faktor
operasional atas mana manajer tersebut bertanggung jawab dan mampu melakukan
pengendalian. Berbagai data operasional tidak hanya diklasifikasikan, diakumulasikan,
dan dilaporkan berdasarkan jenisnya (misalnya, pendapatan penjualan,
bahan baku dan perlengkapan yang dipakai, sewa, asuransi, dan lain-lainnya),
tetapi juga berdasarkan individu-individu yang telah diberikan tanggung jawab atasnya.
C. JARINGAN PERTANGGUNGJAWABAN
Akuntansi
pertanggungjawaban didasarkan pada pemikiran bahwa seluruh biaya dapat
dikendalikan dan masalahnya hanya terletak pada penetapan titik
pengendaliannya.
Untuk tujuan
ini, struktur organisasi perusahaan dibagi-bagi ke dalam suatu jaringan
pusat-pusat pertanggungjawaban secara individual atau, sebagaimana didefinisikan
oleh National Association of Accountants, ke dalam unit-unit
organisasional yang terlibat dalam pelaksanaan suatu fungsi tunggal
atau sekelompok fungsi yang saling berkaitan satu sama lain, yang memiliki seorang
kepala yang bertanggung jawab untuk aktivitas dari unit tersebut. Dengan kata
lain, setiap unit dari jaringan organisasional ini, atau secara lebih
spesifik, individu yang bertanggung jawab untuk unit tersebut, bertanggung jawab untuk
melaksanakan suatu fungsi (output) dan untuk menggunakan sumber daya (input)
seefisien mungkin dalam melaksanakan fungsi ini.
Kebanyakan
organisasi mempunyai hierarki pus at pertanggungjawaban semacam itu.
Di tingkat puncak adalah presiden atau CEO, yang bertanggung jawab terhadap
pemilik untuk profitabilitas keseluruhan dari perusahaan. Mereka yang bertanggung
jawab terhadap presiden perusahaan meliputi kepala dari berbagai departemen
operasi dan staf. Di bawahnya adalah pusat pertanggungjawaban lainnya, yang
masing-masing dikepalai oleh satu orang yang bertanggung jawab kepada pejabat
yang lebih tinggi atas efisiensi dalam kinerja.
D. JENIS-JENIS PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN
Pusat-pusat pertanggungjawaban (responsibility center) individu berfungsi sebagai kerangka kerja untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja dari manajer segmen. Kinerja manajer dalam kerangka kerja akuntansi pertanggungjawaban disamakan dengan kemampuan mereka untuk mengelola faktor-faktor operasional tertentu yang dapat dikendalikan. Sistem tersebut tidak mampu mengukur dan mengevaluasi kinerja secara total, yang selain itu akan memasukkan faktor-faktor seperti pengendalian mutu, tingkat moral bawahan, dan kualitas kepemimpinan. Faktor-faktor tersebut harus diukur dan dievalusi dengan cara lain. Pusat pertanggungjawaban dikelompokkan ke dalam empat kategori:
Pusat Pendapatan
Jika tanggung jawab utama dari seorang manajer adalah penghasilan pendapatan, maka segmennya sebaiknya diperlakukan sebagai pusat pendapatan. Contoh-contoh dari pusat pendapatan meliputi departemen pemasaran, pusat distribusi, bagian barang jualan di toko serba ada, atau tenaga penjualan individual.
Manajer di pusat pendapatan tidak mempunyai diskresi maupun pengendalian terhadap investasi pada aktiva atau biaya dari barang atau jasa yang akan dijual. Mereka hanya memiliki kendali terhadap biaya pemasaran langsung dan kinerja mereka akan diukur dalam hal kemampuan mereka untuk mencapai target penjualan yang telah ditentukan sebelumnya dalam batasan beban tertentu. Untuk memperoleh manfaat motivasional dan pengendalian yang efektif, manajer pusat pendapatan sebaiknya berpartisipasi dalam proses penetapan tujuan dan menerima umpan balik yang tepat waktu atas hasil kinerja mereka.
Pusat Biaya
Pusat biaya
merupakan bidang tanggung jawab yang menghasilkan suatu produk atau memberikan
suatu jasa. Manajer yang bertanggung jawab atas pusat biaya memiliki diskresi dan
kendali hanya atas penggunaan sumber daya fisik dan manusia yang diperlukan
untuk melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya. Mereka tidak memiliki
kendali atas pendapatan, karena fungsi pemasaran bukanlah tanggung jawabnya.
Keputusan investasi, seperti membeli tambahan mesin atau meningkatkan persediaan
bahan baku dan perlengkapan dibuat di tingkat organisasional yang lebih tinggi.
Selama proses perencanaan, para manajer pusat biaya diberikan kuota produksi dan dapat berpartisipasi dalam menetapkan tujuan biaya yang realistis dan adil untuk tingkat output yang diantisipasi. Hasil kinerja dilaporkan secara periodik kepada manajer dalam bentuk laporan yang membandingkan biaya aktual yang terjadi dengan biaya yang dianggarkan. Laporan-laporan ini mengarahkan perhatian kepada bidang-bidang masalah yang sebaiknya diinvestigasi. Secara umum pusat biaya dibagi menjadi dua yaitu :
a. Pusat Biaya Teknik/Pusat Biaya Standar
Pusat biaya teknik merupakan pusat biaya yang sebagian besar biayanya
memiliki hubungan fisik yang erat dengan output yang dihasilkan. Manajer pusat
biaya teknik ini akan diukur efisiensi dan efektifitasnya.
b. Pusat Biaya Kebijakan
Pusat biaya kebijakan adalah pusat biaya yang sebagian besar biayanya tidak mempunyai hubungan erat dengan output yang dihasilkan. Output pusat biaya kebijakan tidak dapat dukur dengan satuan nilai moneter.
Pusat Laba
Pusat laba
adalah segmen di mana manajer memiliki kendali baik atas pendapatan maupun atas
biaya; manajer dievaluasi berdasarkan efisiensi mereka dalam menghasilkan pendapatan dan
mengendalikan biaya. Diskresi yang mereka miliki
terhadap biaya meliputi beban produksi dari produk atau jasa. Tanggung jawab mereka adalah lebih luas dibandingkan dengan
tanggung jawab dari pusat pendapatan atau pusat biaya karena mereka bertanggung
jawab baik atas fungsi distribusi
maupun manufaktur. Contoh-contoh umum dari pusat laba adalah divisi korporat yang memproduksi dan menjual produknya.
Karena tambahan wibawa yang terkait dengan posisi manajer pusat laba, banyak perusahaan menciptakan pusat laba artifisial untuk segmen manufaktur atau jasa. Hal ini meningkatkan harga diri dari manajer segmen tersebut dan meningkatkan motivasi mereka.
Kinerja manajer pusat laba dievaluasi berdasarkan target laba yang direncanakan seperti tingkat peengembalian minimum yang diharapkan dan tingkat halangan untuk laba residual. Untuk meminimalkan tindakan disfungsional yang disebabkan oleh orientasi pada jangka pendek yang kaku, manajer pusat laba sebaiknya juga diharapkan memelihara dan/atau memperbaiki moral dari bawahan mereka, memelihara bangunan dan fasilitas produksi, dan memberikan kontribusi terhadap kepemimpinan produk dan keanggotaan korporat. Untuk meningkatkan keprihatinan manajer terhadap aspek-aspek ini, maka sistem penghargaan dari evaluasi kinerja sebaiknya juga memasukkan ukuran-ukuran untuk mengevaluasi kinerja mereka dalam hal aspek jangka panjang dan tingkat keberhasilan dalam hal ini sebaiknya memengaruhi alokasi penghargaan.
Pusat Investasi
Manajer pusat
investasi bertanggung jawab terhadap investasi dalam aktiva serta
pengendalian
atas pendapatan dan biaya. Mereka bertanggung jawab untuk mencapai
margin
kontribusi dan target laba tertentu serta efisiensi dalam penggunaan aktiva.
Mereka diharapkan untuk mencapai keseimbangan yang sehat antara laba yang dicapai dan investasi dalam sumber daya yang digunakan. Kriteria yang digunakan dalam mengukur kinerja mereka dan menentukan penghargaan mereka meliputi tingkat pengembalian atas aktiva (return on assets – ROA), rasio perputaran, dan laba residual. Karena mereka bertanggung jawab terhadap setiap aspek dari operasi, manajer pusat investasi ini dievaluasi dengan cara yang sama dengan eksekutif puncak.
E. KORELASI DENGAN STRUKTUR ORGANISASI
1. Struktur Vertikal
Dalam struktur
vertikal, organisasi dibagi berdasarkan fungsi-fungsi utama. Tanggung jawab secara
keseluruhan untuk fungsi produksi, penjualan, dan keuangan diberikan kepada wakil
direktur, yang mendelegasikan tanggung jawab mereka ke struktur di bawahnya sesuai
dengan hierarki. Tetapi, tanggung jawab akhir untuk setiap fungsi tetap berada di
tangan mereka.
Dari sudut
pandang pusat pertanggungjawaban, seluruh segmen produksi adalah pusat
biaya karena pendapatan hanya dihasilkan melalui fungsi penjualan. Segmen
penjualan merupakan pusat pendapatan karena berbagai manajer hanya bertanggung jawab
untuk menjual produk atau jasa dan tidak memiliki kendali maupun
diskresi terhadap biaya produksinya. Hanya presiden direktur yang memiliki
kendali dan diskresi atas seluruh aktivitas dan menjadi penentu akhir dalam
menerima atau menolak usulan investasi.
2. Struktur
Horizontal
Jika maksudnya
adalah untuk membebankan tanggung jawab atas laba dan investasi kepada beberapa
direktur, maka struktur horizontal untuk pendelegasian tanggung jawab adalah
yang paling sesuai. Struktur tersebut dapat dibagi berdasarkan produk atau area
geografis. Masing-masing wakil direktur mengendalikan suatu pusat laba atau investasi
daripada pusat pendapatan atau pusat biaya fungsional. Mereka bertanggung
jawab atas produksi, penjualan, dan pendanaan, atau, dengan kata lain, atas seluruh
bidang fungsional dalam area atau kelompok produknya.
3. Pemilihan
Struktur
Tidak satu pun
struktur tersebut di atas yang lebih superior. Efisiensi penggunaannya bergantung
pada berbagai faktor lingkungan. Pada perusahaan kecil, presiden direktur
mungkin memilih untuk tetap mengendalikan seluruh aktivitas dan hanya
mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab secara parsial berdasarkan fungsi.
Perusahaan yang menghasilkan dan menjual beberapa produk yang sangat terdiferensiasi
mungkin menggunakan struktur horizontal. Perusahaan yang menghasilkan
beraneka ragam produk di setiap pabriknya juga dapat menggunakan struktur
horizontal.
Jenis struktur
yang dipilihakanmemengaruhijaringan pusat pertanggungjawaban, yang pada
gilirannya berfungsi sebagai suatu kerangka bagi arus data dan kebutuhan pelaporan.
Jika jaringan pusat pertanggungjawaban sama dengan struktur yang dipilih, maka
sistem akan berfungsi secara efektif dan mendorong para manajer untuk
menggunakannya sebagai sumber referensi dalam menjalankan aktivitas yang telah
ditetapkan.
F. MENETAPKAN PERTANGGUNGJAWABAN
Setelah
memilih jenis dari struktur organisasi, maka tugas penting berikutnya adalah
menggambarkan pertanggungjawaban.
Kebanyakan
orang menerima tanggung jawab dan tantangan yang terkandung di dalamnya.
Bertanggung jawab terhadap sesuatu membuat seseorang merasa kompeten dan
penting. Hal tersebut mengimplikasikan wewenang pengambilan keputusan dan
dapat memotivasi mereka untuk memperbaiki kinerjanya. Tanggung jawab adalah
pemenuhan dari suatu pekerjaan. Tanpa hal tersebut, moral akan menderita.
Pengaruh
perilaku yang menguntungkan dari pembebanan tanggung jawab atas
fungsi-fungsi tertentu kepada individu didukung dengan riset-riset empiris. Sayangnya,
saling ketergantungan dari berbagai segmen suatu organisasi sering kali
menimbulkan kesulitan dalam membuat gambaran tanggung jawab yang jelas.
Seseorang yang diberikan tanggung jawab atas suatu aktivitas atau fungsi yang mungkin,
pada kenyataannya, membagi tanggung jawab tersebut dengan atasannya.
Manajer-manajer segmen dengan tanggung jawab atas tugas tertentu mungkin
tidaklah independen satu sama lain dan tanggung jawab mereka bisa saja tumpang-tindih.
Individu mungkin hanya mempunyai diskresi dan kendali yang terbatas
terhadap sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan tugas untuk mana mereka
bertanggung jawab. Para staf yang bukan menjadi mata rantai dalam rantai
komando dan tidak secara spesifik diberikan tanggung jawab tentu saja tidak sesuai dengan
struktur pertanggungjawaban
G. PERENCANAAN, AKUMULASI DATA, DAN PELAPORAN BERDASARKAN
PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN
Ketika struktur
jaringan pertanggungjawaban yang baik dibangun, maka hal ini menjadi suatu wahana
untuk perencanaan, akumulasi data, dan pelaporan. Setiap elemen biaya atau
pendapatan, baik yang berada dalam anggaran maupun dalam akumulasi hasil aktual,
seharusnya ditelusuri ke segmen jaringan pertanggungjawabannya di mana tanggung jawab
atas hal tersebut ada.
1. Anggaran Pertanggungjawaban
Untuk maju
secara kronologis, disusunlah anggaran yang membebankan target biaya dan pendapatan
kepada setiap segmen jaringan. Hal ini merupakan basis untuk mengevaluasi
kinerja orang yang bertanggung jawab atas setiap unit organisasi.
Karakteristik
dari anggaran pertahggungjawaban adalah bahwa manajer pusat pertanggungjawaban
dibebani target kinerja hanya untuk pos-pos pendapatan dan biaya yang
dapat mereka kendalikan.
Ada banyak biaya
langsung, seperti penyusutan peralatan, yang tidak dapat dikendalikan pada tingkat
pusat biaya dan yang tidak dapat dimintai pertanggungjawabannya kepada kepala
dari pusat biaya tersebut. Dengan hanya membebankan biaya-biaya yang dapat
dikendalikan kepada masing-masing kepala dari pusat biaya, manajemen akan
mempunyai suatu, dasar yang wajar untuk membandingkan kinerja aktual dengan
kinerja yang diharapkan guna menilai efektivitas dari penyelia pusat biaya di
seluruh tingkatan organisasi, dan untuk mengidentifikasikan penyebab dari
inefisiensi.
Proses
penyusunan anggaran akan paling efektif jika dimulai dari tingkat organisasi atau
tingkat jaringan paling bawah untuk mana anggaran disusun dan kemudian
diteruskan ke tingkat yang lebih tinggi melalui suatu rantai komando yang berbentuk
seperti piramida. Setiap orang yang bertanggung jawab atas suatu pusat biaya
dianggap bertanggung jawab untuk menyiapkan estimasi-estimasi anggaran untuk pos-pos
beban yang dapat dikendalikan olehnya. Pada tingkat wewenang selanjutnya,
estimasi-estimasi tersebut ditinjau, dikoordinasikan, dan dimodifikasi ketika
diperlukan, sampai estimasi-estimasi tersebut akhirnya digabungkan ke dalam anggaran
operasi secara keseluruhan pada tingkatan manajemen puncak.
2. Akumulasi Data
Untuk memfasilitasi perbandingan
periodic dengan berbagai perencanaan anggaran, akumulasi pos-pos laba dan beban
actual haruslah mengikuti pola jaringan pertanggungjawaban. Hal imi membutuhkan
klasifikasi tiga dimensi terhadap biaya dan pendapatan selama proses akumulasi
data.
3.
Pelaporan Pertanggungjawaban
Produk akhir
dari hasil sistem akuntansi pertanggungjawaban adalah laporan
pertanggungjawaban atau laporan kinerja secara periodik. Laporan-laporan ini
merupakan media lewat dimana biaya-biaya dikendalikan,efisiensi manajerial
diukur, pencapaian tujuan dinilai.
Kontribusi
utama dari akuntansi pertanggungjawaban adalah bahwa akuntansi pertanggungjawaban
memungkinkan manajemen untuk mengendalikan biaya dan efisiensi
melalui pembebanan tanggung jawab untuk biaya tersebut kepada orangorang yang
melaksanakan berbagai tugas. Dengan melibatkan elemen manusia ke dalam kerangka
akuntansi, akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu hal penting dalam evolusi
akuntansi keperilakuan.
H. ASUMSI KEPERILAKUAN DARI AKUNTANSI
PERTANGGUNGJAWABAN
Perencanaan
pertanggungjawaban, akumulasi data, dan sistem pelaporan didasarkan pada beberapa
asumsi yang berkenaan dengan operasi dan perilaku manusia, meliputi:
- Manajemen berdasarkan perkecualian (MBE) adalah mencukupi untuk mengendalikan operasi secara efektif.
- Manajemen berdasarkan tujuan (MBO) akan menghasilkan anggaran, biaya standar, tujuan organisasi, dan rencana praktis untuk mencapainya yang disetujui bersama.
- Struktur pertanggungjawaban dan akuntabilitas mendekati struktur hierarki organisasi.
- Para manajer dan bawahannya rela menerima pertanggungjawaban dan akuntabilitas yang dibebankan kepada mereka melalui hierarki organisasi.
- Sistem akuntansi pertanggungjawaban mendorong kerja sama dan bukan persaingan
1.
Manajemen Berdasarkan Perkecualian
Manajemen
berdasarkan perkecualian mengasumsikan bahwa untuk mengelola dan
mengendalikan aktivitas organisasi dengan paling efektif, manajer sebaiknya mengonsentrasikan
perhatian mereka pada bidang-bidang di mana hasil aktual menyimpang
secara substansial dari tujuan yang dianggarkan atau standar. Para pendukung
pendekatan ini mengklaim bahwa pendekatan ini menghasilkan penggunaan
waktu manajemen yang langka secara paling efisien, berkonsentrasi pada perbaikan
inefisiensi, dan mendorong tindakan yang diinginkan. Karakteristik pelaporan
periodik dari akuntansi pertanggungjawaban secara ideal adalah sesuai untuk menarik
perhatian manajemen pada bidang-bidang yang menyimpang dari norma-norma
awal yang telah ditentukan sebelumnya dan mendorong tindakan-tindakan
perbaikan yang segera guna mendorong atau mengoreksi perilaku.
2.
Manajemen Berdasarkan Tujuan
Akuntansi
pertanggungjawaban memfasilitasi manajemen berdasarkan tujuan atau manajemen
berdasarkan pengendalian diri. Hal ini merupakan suatu pendekatan manajemen yang
didesain untuk mengatasi berbagai respons manusia yang disfungsional
yang dipicu oleh usaha untuk mengendalikan operasi menggunakan dominansi.
Orang-orang membenci batasan-batasan biaya. Mereka kurang suka didominasi dan
diberitahu apa yang harus mereka lakukan, serta kapan dan bagaimana
meiakukannya. Mereka ingin melakukan tugas dengan cara mereka sendiri karena
mereka yakin bahwa mereka mampu mengarahkan diri dan pekerjaan mereka sendiri.
Sejarah menunjukkan bahwa banyak dari pencapaian yang paling signifikan
telah dicapai ketika individu-individu bertindak tanpa dibatasi, dimotivasi, dan dibimbing
hanya oleh kemuliaan tujuan dan cita-cita mereka.
I.
KESESUAIAN ANTARA
JARINGAN PERTANGGUNGJAWABAN DAN STRUKTUR ORGANISASI
Akuntansi
pertanggungjawaban mengasumsikan bahwa pengendalian organisasional ditingkatkan
dengan penciptaan jaringan pusat pertanggungjawaban yang sesuai dengan struktur
organisasi formal.
1. Penerimaan
Tanggung Jawab
Elemen yang
paling penting dalam keberhasilan suatu sistem akuntansi pertanggungjawaban
adalah penerimaan para manajer pusat pertanggungjawaban atas tanggung jawab
yang diberikan sebagai suatu yang seimbang dan kereleaan mereka untuk dimintai
pertanggungjawaban.
Kerelaan untuk
menerima tanggung jawab bergantung pada bagaimana mereka memandang
diskresi dan pengendalian mereka atas sumber daya manusia dan fisik yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas yang telah ditetapkan. Mereka akan bereaksi
ke arah yang semakin menguntungkan jika budaya organisasi memberikan
kepada mereka kebebasan untuk melakukan kewajiban mereka dengan cara mereka
sendiri sepanjang mereka memperoleh hasil yang dikehendaki. Untuk mendorong
penerimaan terhadap tanggung jawab, budaya organisasi seharusnya juga
mengizinkan mereka untuk kadang kala gagal tanpa rasa takut akan menerima hukuman yang
segera. Para manajer seharusnya selalu merasa bebas untuk mengungkapkan
pandangan mereka tanpa takut ditertawakan.
J. KAPABILITAS
UNTUK MENDORONG KERJASAMA
Akuntansi
pertanggungjawaban meningkatkan kerja sama organisasional dengan menunjukkan
kepada manajer bagaimana aktivitas mereka sesuai dengan gambaran keseluruhan
dan bahwa setiap orang bekerja untuk tujuan bersama. Akuntansi pertanggungjawaban
juga meningkatkan kesetiaan pada perusahaan, harga diri, dan rasa penting
dengan mengizinkan orang untuk memformulasi tujuannya sendiri dan membuat
keputusannya sendiri dalam kerangka kerja delegasi pertanggungjawaban. Mereka akan
memandang segmen mereka dan diri mereka sendiri sebagai bagian yang penting
dari perusahaan secara keseluruhan dan akan lebih rela untuk berjuang mencapai
tujuan. Mereka akan menerima pelaporan kinerja sebagai suatu alat yang bermanfaat
untuk melakukan koreksi atas tindakan. Semangat kerja sama mereka akan meningkat
karena mereka yakin bahwa mereka bekerja untuk mencapai tujuan bersama.
Mereka akan merasa bahwa mereka merupakan bagian yang vital dari organisasi dan
bahwa kegagalan mereka dapat secara serius memengaruhi masa depan
organisasi. Mereka akan menghubungkan kegagalan mereka dengan ancaman terhadap
terpenuhinya tujuan maupun aspirasi pribadi mereka.
Sumber:
Ikhsan Lubis, Arfan.2017. Akuntansi Keperilakuan: Akuntansi Multiparadigma. Edisi 3.
0 Response to "Rangkuman Akuntansi Keperilakuan BAB 9 ASPEK KEPERILAKUAN PADA AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN"
Post a Comment