Rangkuman Akuntansi Keperilakuan BAB 6 FILOSOFI RISET DALAM BIDANG AKUNTANSI KEPERILAKUAN

 

BAB 6

FILOSOFI RISET DALAM BIDANG AKUNTANSI KEPERILAKUAN

MENGENAL FILSAFAT

Pengertian Filsafat

Kata filosofi (philosophy) berasal dari bahasa Yunani “philos” yang artinya suka atau cinta dan “sophia” yang artinya kebijaksanaan. Jadi, kata filosofi berarti cinta kepada kebijaksanaan. Filsafat sering kali disebut oleh sejumlah pakar sebagai induk dari ilmu pengetahuan. Filsafat merupakan disiplin ilmu yang berusaha untuk menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat dan lebih memadai. Jika dikelompokkan secara karakteristik cara pendekatannya, dalam filsafat dikenal ada banyak aliran filsafat. Ciri pemikiran filsafat mengacu pada tiga konsep pokok, yaitu persoalan filsafat bercorak sangat umum, persoalan filsafat tidak bersifat empiris dan menyangkut masalah-masalah asasi (Ahmad Syadali dan Mudzakir, 1997). Kemudian, Kattsoff menyatakan karakteristik filsafat dapat diidentifikasi sebagai berikut :

  1. Filsafat adalah berpikir secara kritis.
  2. Filsafat adalah berpikir dalam bentuknya yang sistematis.
  3. Filsafat menghasilkan sesuatu yang runtut.
  4. Filsafat adalah berpikir secara rasional.
  5. Filsafat bersifat komprehensif (Solihin, 2007).

Metodologi Filsafat

Menurut Socrates, cara yang paling baik untuk mendapatkan pengetahuan yang diandalkan adalah dengan melakukan pembicaraan yang teratur (disciplined conversation) dengan memainkan peranan seorang intellectual midwife. Metode yang dipakai Socrates dinamakan dialektika. Proses dialektika adalah dialog antara dua pendirian yang bertentangan. Hal yang penting adalah dialektika merupakan perkembangan pemikiran dengan memakai pertemuan (interplay) antar ide. Pemikiran dialektika atau metode dialektika berusaha untuk mengembangkan suatu contoh argumen yang di dalamnya terjalin  implikasi bermacam-macam proses (sikap) yang saling memengaruhi. Dengan metode dialektika setidaknya akan disampaikan kepada pemecahan sementara, ada jawaban yang  tampak lebih memuaskan, tetapi ada juga jawaban yang harus dibuang.

 

PENDEKATAN FILSAFAT RISET AKUNTANSI KEPERILAKUAN

1.    Filosofi Paradigma Metodologi Riset Burrel dan Morgan (1979)

Burrel dan Morgan mengembangkan aspek paradigma dalam asumsi metateoretis yang mendasari kerangka referensi, model teori dan modus operasi dari ilmuwan yang berada dalam paradigma tersebut. Burrel dan Morgan memandang bahwa filsafat ilmu harus mampu melihat keterkaitan antara kehidupan manusia dengan lingkungannya. Pendekatan voluntarisme (volluntarism) memberikan penekanan pada esensi bahwa manusia berada di dunia ini untuk memecahkan fenomena sosial sebagai makhluk yang memiliki kehendak dan pilihan bebas (free will and choice). Secara ringkas, Burrel dan Morgan membagi asumsi tersebut ke dalam dua bagian, yaitu pendekatan subjektivisme dan pendekatan objektivisme.  Hubungan antara subjektivisme dan objektivisme dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Filosofi Paradigma Metodologi Riset Burrel dan Morgan



PARADIGMA RISET AKUNTANSI KEPERILAKUAN

1.    Paradigma Fungsionalisme/Positivistik

Paradigma fungsionalisme/positivistik adalah paradigma yang muncul paling awal dalam dunia ilmu pengetahuan. Paradigma fungsionalisme ini sering disebut fungsional struktural  (structural functionalist) atau kontinjensi rasional (rational contingency). Paradigma ini merupakan paradigma umum bahkan sangat dominan digunakan dalam riset akuntansi dibandingkan dengan paradigma lain sehingga disebut paradigma utama (mainstream paradigm). Paradigma fungsionalisme dapat digambarkan sebagai berikut.

Paradigma Fungsionalisme/Positivisme


2.    Paradigma Interpretif

Paradigma ini disebut juga interaksionis subjektif (subjective interactionist). Pendekatan alternatif ini berasal dari filsuf Jerman yang menitikberatkan pada peranan bahasa, interpretasi dan pemahaman dalam ilmu sosial. Sementara itu, menurut Burrel dan Morgan, paradigma ini menggunakan cara pandang para nominalisme yang melihat realitas sosial sebagai sesuatu yang hanya merupakan label, nama atau konsep yang digunakan untuk membangun realitas. Paradigma interpretif memasukkan aliran etnometodologi (ethno methodology) dan interaksionisme simbolis fenomenologis (phenomenological symbolic interactionism) yang didasarkan pada aliran sosiologis, hermeneutis dan fenomenologis.

Tujuan pendekatan ini adalah menganalisis realitas sosial dan cara realitas sosial tersebut terbentuk. Berikut dua aliran riset dengan pendekatan interpretif ini, yaitu

  1. Tradisional, yang menekankan pada penggunaan studi kasus, wawancara lapangan dan analisis historis.
  2. Metode Foucaldian, yang menganut teori sosial dari Michael Foucault sebagai pengganti konsep tradisional historis yang disebut “a historical” atau “antiquarian”. 

 

3.    Paradigma Strukturalisme Radikal

Aliran alternatif lainnya adalah strukturalisme radikal yang mempunyai kesamaan dengan fungsionalisme, yang mengasumsikan bahwa sistem sosial mempunyai keberadaan ontologisme yang konkret dan nyata. Pendekatan ini berfokus pada konflik mendasar sebagai dasar dari produk hubungan kelas dan struktur pengendalian, serta memperlakukan dunia sosial sebagai objek eksternal dan memiliki hubungan terpisah dari manusia tertentu. Riset yang diklasifikasikan dalam paradigma struktural radikal (structural radicalism) adalah riset yang didasarkan pada teori Marxisme tradisional. 

4.    Paradigma Humanis Radikal

Riset akan diklasifikasikan ke dalam paradigma humanis radikal (radical humanist) jika didasarkan pada teori kritis dari Frankfurt Schools dan Habermas. Pendekatan kritis Habermas melihat objek studi sebagai suatu  interaksi sosial yang disebut dunia kehidupan (life world) yang berarti interaksi berdasarkan pada kepentingan kebutuhan yang melekat dalam diri manusia dan membantu untuk pencapaian yang saling memahami. Interaksi sosial dalam dunia kehidupan dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :

a.      Interaksi yang mengikuti kebutuhan sosial alami, misalnya kebutuhan akan sistem informasi manajemen.

b.      Interaksi yang dipengaruhi oleh mekanisme sistem, misalnya pemilihan sistem yang akan dipakai atau konsultan yang diminta untuk merancang sistem bukan merupakan interaksi sosial yang alami karena sudah mempertimbangkan berbagai kepentingan

 

5.    Paradigma Posmodernisme

Paradigma posmodernisme muncul karena adanya kelemahan dari beberapa paradigma yang ada. Pascamodernisme/posmodernisme (postmodernism) menolak pendapat modernisme yang meyakini bahwa manusia mempunyai kapasitas untuk maju, untuk memperbaiki dirinya sendiri dan bepikir secara rasional. Bagi seorang postmodern tidak ada keadaan yang lebih baik, tidak ada dunia yang lebih baik, tidak ada yang disebut kemajuan atau pengendalian alam. Postmodern membuang metode dan teori yang dominan mengenai modernitas dan menggantikannya dengan metode pascastrukturalisme (post-structuralism). Oleh karena itu, postmodern menempuh jalan yang berbeda dengan paradigma selanjutnya.

Menurut Triyuwono (1997), ciri utama dari logosentrisme adalah sebagai berikut :

a.    Pola pikir oposisi biner (dualistis dikotomis) yang hierarkis, seperti esensi-esensi bahasa lisan-tulisan, konsep metafora, jiwa-badan dan makna-bentuk.

b.    Aspek keilmuan, ilmu-ilmu positif produk modernisme banyak menekankan pada aspek praktis dan fungsi dan sebaliknya melecehkan aspek nilai (etika). Hal ini terlihat dari pernyataan ilmu-ilmu positif yang mengklaim bahwa ilmu pengetahuan harus netral dan bebas dari nilai.

c.    Aspek praktis, yaitu bentuk standar dan praktik akuntansi yang mengklaim bahwa praktik akuntansi harus berlaku secara universal atau internasional. Klaim ini diwujudkan dengan gerakan yang disebut harmonisasi akuntansi (harmonization of accounting). Bagi pemikiran Foucault, wacana global dan universal tersebut memiliki hubungan timbal balik antara kuasa dan pengetahuan. 

 

6.    Paradigma Akuntansi Kritis

Paradigma akuntansi kritis akan dipandang melalui refleksi dari ilmu sosial politik. Paradigma ini dikemukakan pertama kali oleh Mattessich (1964) melalui sebuah derivatif filosofi fungsionalisme dalam sistem ekonomi kapitalis. Oleh karena itu, teori ini tidak berkaitan dengan penyelesaian masalah keterasingan, melainkan dengan proses teknis penilaian dimana penilaian didefinisikan sebagai nilai objektif yang didasarkan pada konsep ekonomi marginalis. Hal yang diinginkan disini sebenarnya adalah teknologi yang lebih baik yang didasarkan pada kelompok asumsi dasar yang menghasilkan representasi alternatif yang konsisten dengan faktor lingkungan ekonomi.

 

PELUANG RISET AKUNTANSI KEPERILAKUAN PADA LINGKUNGAN AKUNTANSI

Banyaknya diversifikasi dalam riset akuntansi keperilakuan menyebabkan tidak mungkin

suatu makalah dapat memberikan analisis yang menyeluruh terhadap peluang riset dalam

semua bidang.

1.    Pemeriksaan Akuntansi (Auditing)

Suatu tinjauan atas artikel riset akuntansi keperilakuan selama tahun 1990-1991 menunjukkan penekanan pada kekuatan daam pembuatan keputusan yang merupakan karakteristik dari sebagian besar riset akuntansi keperilakuan. Penjelasan dari bagian itu berorientasi pada pembuatan keputusan dalam audit dan telah memfokuskan riset terakhir pada penilaian dan pembuatan keputusan auditor, seperti perbedaan penggunaan laporan audit dan meningkatnya perkembangan yang berorientasi kognitif. Secara persuasif, Libby dan Frederick (1990) menjelaskan pentingnya pemahaman mengenai bagaimana variabel-variabel psikologi, seperti pembelajaran, pengetahuan faktual dan prosedural, serta pengaruh memori dalam pembuatan keputusan. Pencerminan dari riset terakhir dan riset mendatang merupakan fokus terhadap hal-hal berikut :

a.      Karakteristik pengetahuan yang dihubungkan dengan pengalaman yang meliputi bagaimana pengetahuan itu diperoleh.

b.      Pengujian atas bagaimana pengetahuan berinteraksi dengan variabel organisasi atau lingkungan.

c.       Pengujian pengaruh kinerja terhadap pengetahuan yang berbeda.

Pengalaman berperan penting dalam orientasi kognitif riset akuntansi keperiakuan, yaitu :

a.      Pengalaman merupakan ekspektasi yang berhubungan dengan keahlian kinerja.

b.      Manipulasi sebagai suatu variabel independen telah menjadi efektif dalam mengidentifikasi domain karakteristik dari pengetahuan spesifik.

Riset ini juga diterapkan pada subbidang akuntansi yang lain. Riset ini menyarankan bahwa terdapat suatu peluang yang berhubungan dengan pemahaman dan evaluasi hasil keputusan audit. Salah satu kesulitan dengan riset yang berorientasi pada keputusan dalam audit adalah kurangnya kriteria variabel yang dapat diamati terhadap penilaian kinerja auditor sehingga peneliti sering melakukan studi atas konsensus penilaian dan konsistensi.

2.    Akuntansi Keuangan

Beberapa publikasi menunjukkan bahwa riset akuntansi keperilakuan dalam bidang akuntansi keuangan jumlahnya terbatas sehingga sulit diidentifikasi. Beberapa alasan riset akuntansi keperilakuan dalam bidang keuangan mungkin memberikan kontribusi yang lebih besar di masa datang, yaitu :

a.      Riset pasar modal saat ini adalah konsisten dengan beberapa komponen pasar modal dengan ekspektasi naïf.

b.      Alasan riset akuntansi keperilakuan dalam bidang akuntansi keuangan berpotensi memberikan keperilakuan dalam bidang audit.  

 

3.    Akuntansi Manajemen

Pada awalnya, analisis ini menunjukkan bahwa riset akuntansi keperilakuan dalam bidang akuntansi manajemen merupakan pertimbangan yang lebih luas dibandingkan dengan riset yang sama dalam akuntansi keuangan dan memungkinkan pencerminan tradisi lama yang berbeda dari riset akuntansi keperilakuan dalam bidang audit. Riset akuntansi keperilakuan dalam bidang akuntansi manajemen hanya merupakan subbidang akuntansi yang telah memperluas pengujian dari pengaruh fungsi akuntansi terhadap perilaku. Riset ini menguji fungsi akuntansi, seperti anggaran dan standar memengaruhi motivasi, umpan balik dan kinerja.

4.    Sistem Informasi Akuntansi

Keterbatasan riset akuntansi keperilakuan dalam bidang sistem informasi akuntansi adalah kesulitan membuat generalisasi meskipun berdasarkan pada studi sistem akuntansi yang lebih awal sekalipun. Informasi akan mendorong penggunaan keunggulan teknologi saat ini, seperti pencitraan data (data imaging), jaringan (networks) dan akses data dinamis melalui sistem pengoperasian menyarankan pertimbangan atas peluang riset akuntansi keperilakuan dalam bidang sistem akuntansi. Riset ini akan lebih berhasil jika difokuskan pada domain spesifik dari variabel-variabel yang unik dalam sistem akuntansi dan konteks keputusan akuntansi, seperti standar profesi dan analisis pengecualian.

5.    Perpajakan

Riset akuntansi keperilakuan dalam bidang perpajakan telah memfokuskan diri pada kepatuhan pajak (tax compliance) dengan melakukan pengujian variabel psikologi dan lingkungan. Variabel yang sering diuji dengan hasil campuran menyarankan bahwa perilaku kepatuhan pajak adalah hasil yang kompleks. Alma (1991) menyebutkan bahwa pengujian teori alternatif dari perilaku kepatuhan pajak menghasilkan kegagalan atas ekspektasi teori utilitas untuk menjelaskan keputusan kepatuhan secara lengkap. Riset akuntansi keperilakuan dalam bidang perpajakan saat ini telah membentuk bermacam-macam perilaku pengetahuan dari riset akuntansi keperilakuan dalam bidang audit. 

6.    Pertumbuhan Riset Perilaku

Indikasi penting dari pertumbuhan minat dalam pendekatan perilaku terhadap akuntansi merupakan pengaruh dari paradigma perilaku riset. Untuk menangani dimensi ini, Dyckman (1998) memilih untuk menentukan persentase penulisan dan artikel yang diterbitkan oleh dua jurnal utama, yaitu Journal of Accounting Research dan The Accounting Review. Terdapat beberapa kombinasi dari tiga faktor utama, yaitu :

a.      Para peneliti yang menggunakan paradigma perilaku menghasilkan lebih banyak artikel yang diterbitkan oleh kedua jurnal di atas.

b.      Beberapa artikel yang ditulis oleh para peneliti yang sementara dilakukan dalam bidang ini belum ada calonnya.

c.       Minat pembaca pada bidang ini telah meningkat.

 

7.    Perkembangan Terakhir

Wawasan dalam riset akuntansi keperilakuan saat ini bisa diperoleh dengan dua cara sebagai berikut:

a.      Survei publikasi utama dari riset akuntansi keperilakuan.

b.      Klasifikasi topik artikel yang dipublikasikan dan pemetaan publikasi terhadap model perilaku individu.

Bamber (1993) telah mengidentifikasi riset akuntansi keperilakuan yang diterbitkan selama periode 1987-1991 pada Accounting Review, Contemporary Accounting Research, Journal of Accounting Research dan Accounting Organization and Society. Jurnal-jurnal tersebut pada umumnya dipilih karena merupakan jurnal yang paling banyak menerbitkan bagian riset ini dengan metodologi yang terbuka untuk seluruh subjek akuntansi. Secara relatif, riset keperilakuan dalam audit juga paling baik dipresentasikan dalam artikel yang secara umum merupakan hampir setengah dari total penerbitan Behavioral Research in Accounting. Selanjutnya diduduki oleh bidang akuntansi manajemen yang hampir mencapai seperempat dari total penerbitan, sementara sisanya merupakan subbidang lainnya. Spesialisasi dalam jurnal menjadi lebih penting untuk Behavioral Research in Accounting. Dyckman (1998) dalam Sutrisno (2000) telah menggunakan Hasselback’s Directory untuk menghitung jumlah staf pengajar akuntansi yang dipilih dan mengidentifikasi mereka yang mempunyai minat terhadap bidang perilaku selama tiga periode. 

 

TEORI PERILAKU TENTANG PERUSAHAAN

Teori organisasi modern berkaitan dengan perilaku perusahaan sebagai satu kesatuan terhadap pemahaman kegiatan perusahaan dan alasan anggotanya. Tanpa memedulikan besar kecilnya, dapat dipastikan bahwa biasanya dipandang sebagai milik dari pemegang saham yang perhatiannya lebih terfokus pada dimensi keuangan yang berputar di sektor harga saham dan berada di luar lingkup keputusan. Untuk menguraikan cara perusahaan mengadopsi seperangkat tujuan serta cara perusahaan mengawali penyesuaian dan pencapaian memerlukan suatu pemahaman yang mendasar atas keputusan dan proses penyelesaian masalah dengan pasti. Agar lebih spesifik, teori modern perusahaan terkait dengan arah tujuan perilaku yang dipastikan berkaitan dengan tujuan, motivasi dan karakteristik menyelesaikan masalah anggota-anggotanya. Tujuan organisasi akan dipandang sebagai berikut :

a.      Hasil pengaruh dari permulaan proses antar peserta organisasi.

b.      Penentu batas pengambilan keputusan perusahaan dan penyelesaian masalah aktivitas.

c.       Perannya di dalam sistem pengawasan internal adalah untuk memotivasi peserta. 

 

MODEL MOTIVASI DARI PERILAKU MANAJERIAL

Implikasi perilaku organisasi dibagi menjadi dua. Pertama, seseorang akan berharap mencapai suatu subkelompok dari tujuannya di dalam organisasi. Kedua, perilaku di dalam organisasi dapat diuraikan dalam hubungannya dengan pemecahan masalah, kepuasan dan model hubungan kepribadian. Dalam pandangan ini, hal penting untuk menekankan bahwa suatu organisasi (perusahaan) diharapkan untuk menjadi penolong dalam mencapai beberapa subkelompok tujuan pribadi seseorang. Selain itu, keputusan seseorang untuk bergabung dengan suatu kelompok adalah untuk mencapai prestasi untuk tujuan pribadinya.  Secara umum, pandangan perilaku individu mengarah pada tujuan prinsip perilaku umum dari teori kebutuhan. Tujuan perilaku biasanya mengarah pada pemunculan kebutuhan karakteristik psikologis. Selain itu, ketidakmampuan untuk mencapai suatu tujuan dapat menggeser perhatian dari satu tujuan ke tujuan lain.  Fred Luthans yang dikutip dari Robbins melihat masalah mengenai apa yang dilakukan oleh para manajer dari perspektif yang agak berbeda. Ia mengemukakan pertanyaan, “Apakah manajer yang cepat naik pangkat dalam suatu organisasi telah melakukan kegiatan yang sama dengan tekanan yang sama seperti manajer yang melakukan pekerjaan yang sebaik-baiknya?” Anda akan berpikir bahwa manajer yang paling cepat dipromosikan pastilah manajer yang telah melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi, kenyataannya tidaklah demikian. Luthans dan asistennya mempelajari lebih dari 450 manajer. Apa yang mereka temukan adalah para manajer ini melakukan kegiatan manajerial sebagai berikut :

a.      Manajer tradisional, dengan cara mengambil keputusan, merencanakan dan mengendalikan.

b.      Komunikasi, dengan cara mempertemukan informasi rutin dan memroses dokumen.

c.       Manajemen sumber daya manusia, dengan cara memotivasi, mendisiplinkan, mengelola konfik, pengisian staf (staffing) dan melatih.

d.      Membentuk jaringan, dengan cara bersosialisasi, berpolitik dan berinteraksi dengan orang-orang luar.

WAWASAN UNTUK MASA DEPAN

Masalah utama di masa mendatang adalah pendanaan untuk riset ini akan berkurang jumlahnya. Saat ini, Kantor Akuntan Publik yang termasuk dalam The Big 4 di AS kurang mendukung riset akademik dibandingkan di masa lalu. Banyak universitas yang pada umumnya memiliki pengalaman pencatatan anggaran akan menunjukkan penurunan sumber yang memberikan dukungan terhadap riset. Oleh karena riset keperilakuan saat ini cenderung menjadi lebih mahal dibandingkan dengan usaha akuntan, maka akan terasa lebih sulit melakukan pekerjaan tersebut. Terbatasnya sumber dana ini perlu mendapat perhatian khusus dari para subjek profesional yang mampu. Di samping itu, sikap dan pandangan dari beberapa pengusaha yang mempunyai anggapan kurang positif terhadap kegiatan riset ini juga berpengaruh karena mereka tidak selalu memiliki pengetahuan yang cukup untuk memahami bahwa kegiatan para praktisi merupakan bagian dari kemampuan aplikasi hasil riset.

Di masa mendatang, apakah setiap individu akan melakukan pelatihan yang lebih baik dengan kemampuan untuk menarik identifikasi atas masalah yang mudah dilakukan dan bekerja dengan ketekunan dan keuletan agar berhasil dengan disiplin ini? Apakah paradigma perilaku yang terus berlanjut berkembang untuk menjadi dewasa dan berhasil dengan baik adalah tanggungjawab para peneliti, khususnya peneliti akuntansi keperilakuan? Berbagai pertanggungjawaban lainnya sekiranya dapat menjadi pemicu para peneliti akuntansi keperilakuan untuk lebih memperkaya masalah-masalah yang pada gilirannya dapat memberikan suatu kontribusi yang signifikan terhadap praktik organisasi yang ada.


Sumber:                 

Ikhsan Lubis, Arfan.2017. Akuntansi Keperilakuan: Akuntansi Multiparadigma. Edisi 3.

                Jakarta : Salemba Empat

0 Response to "Rangkuman Akuntansi Keperilakuan BAB 6 FILOSOFI RISET DALAM BIDANG AKUNTANSI KEPERILAKUAN"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel