Rangkuman Akuntansi Keperilakuan BAB 1 Konsep Akuntansi dan Hipotesis Keperilakuan

BAB 1 

Konsep Akuntansi dan Hipotesis Keperilakuan


Perusahaan merupakan badan usahayang menjalankan kegiatan di bidang perekonomian (keuangan, industry, dan perdagangan), yang dilakukan secara terus-menerus atau teratur, terang terangan dan dengan tujuan memperoleh keuntungan atas laba. Perusahaan memiliki organisasi yang memiliki berbagai sistem yang saling terkait. Sistem tersebut dibuat oleh sejumlah orang guna mempermudah proses operasi perusahaan serta pengendalian aktivitas perusahaan secara keseluruhan. Salah satu aspek terpenting dalam organisasi melibatkan proses akuntansi perusahaan. Akan tetapi, subjek  ‘konsep dasar akuntansi’ merupakan suatu hal yang sering diabaikan. Subjek tersebut terkadang hanya didasarkan pada akademisi lain dan ditarik dari pojok ‘pengetahuan’ lain sebelum diabaikan  lagi. Dengan beberapa pengecualian, buku teks dasar telah mengabaikan masalah ini, dan jarang membahasnya di luar lingkaran akademik. Muncullah perbedaan persepsi tentang konsep perusahaan didasarkan pada adanya perdebatan yang cukup hangat mengenai pencatatan akuntansi dalam alur konsep kepemilikan dan konsep entitas. Dua konsep utama yaitu konsep kepemilikan dan konsep entitas, telah berulang kali dimuat dalam literature dan terkadang mengalami perbaikan, modifikasi, dan refleksi sudut pandang alternative sebagai usaha merekonsiliasi kedua konsep tersebut.

Konsep Kepemilikan

Menurut teori kepemilikan , entitas adalah agen, perwakilan, atau pengaturan di mana seorang wiraswasta atau pemegang saham beroperasi. Konsep entitas, sama seperti konsep kepemilikan, merupakan sebuah sudut pandang, sebuah sikap dalam pikiran yang tidak hanya dibatasi terhadap akuntan. Ini merupakan esensi dari konsep akuntansi entitas. Penganut konsep ini melihat entitas sebagai  sesuatu yang dimiliki oleh seorang pemilik tunggal, sekumpulan partner, atau sejumlah pemegang saham. Mereka memandang asset dan kewajiban sebagai milik dari entitas itu sendiri dan bukan milik dari pemegang saham atau pemilik perusaahaan. Ketika keuntungan diperoleh oleh entitas tersebut, keuntungan tersebut juga menjadi milik entitas yang akan diserahkan kepada pemegang saham hanya jika dividen diumumkan. Dalam pandangan para penganut konsep ini, keuntungan yang tidak dibagi tetap milik entitas dan membentuk bagian dari ekuitas entitas sendiri,dan ini tidak dipengaruhi oleh penggunaan keuntungan tak terdistribusi yang dicantumkan pada bagian pemegan saham di neraca.

Pada tahap ini, harus ditekankan bahwa mereka yang menganut sudut pandang entitas benar-benar melihat aset bersih sebagai milik dari entitas itu sendiri dan bukan pemilik saham. Bebrapa penulis telah menunjukkan bahwa sistem akuntansi terpisah untuk aktivitas entitas memberikan bukti dari eksistensi konsep entitas. Namun perlu disampaikan disini bahwa mereka tidak memahami perusahaan sebagaimana para penganut konsep entitas murni. Indeks atau pemisahan catatan akuntansi entitas umumnya disebut “konvensi entitas”, bukan “ konsep entitas “.

Dalam teori ini persamaan akuntansinya:

ASSET – LIABILITIES = PROPRIETORY’S THEORY

Pemilik emmiliki asset dan sekaligus juga mempunyai kewajiban sehingga kekayaan berdihniya adalah kekayaan perusahaan dikurangi dengan kewajiban perusahaan

 

Konsep Entitas

Penganut konsep ini melihat entitas sebagai  sesuatu yang terpisah dan berbeda dari pihak-pihak yang memberikan kontribusi modal kepada entitas tersebut. Mereka memandang asset dan kewajiban sebagai milik dari entitas itu sendiri dan bukan milik dari pemegang saham atau pemilik perusaahaan. Dalam pandangan para penganut konsep ini, keuntungan yang tidak dibagi tetap milik entitas dan membentuk bagian dari ekuitas entitas sendiri

Pada tahap ini, harus ditekankan bahwa mereka yang menganut sudut pandang entitas benar-benar melihat aset bersih sebagai milik dari entitas itu sendiri dan bukan pemilik saham.

Dalam teori ini persamaan akuntansinya:

ASSET = LIABILITIES

ASSET = EQUITIES

Atau

ASSET = LIABILITIES + STOCKHOLDERS EQUITIES

Aset adalah hak perusahaan, equity merupakan sumber asset yang bisa berasal dari kreditor atas pemilikyang merupakan kewajiban entitas. Kreditor dan pemiliksebenarnya adalah pemilik perusahaan yang berbeda dalam halperlakuan atas income, risiko, pengawasan dan likuidasi. Laba adalah milik entitas sebelum dibagikan kepada pemilik.

 

Konsep Tanggung Jawab sosial (Corporate Social Responsibiity)

Konsep tanggung jawab sosial adalah bagaimana entitas bertindak dan melakukan aktivitasnya, seperti halnya dengan etika dalam hal tujuan, sasaran dan cara mendapatkan atau  mencapai tujuan serta bukan dengan usaha untuk mengubah persepsi perusahaan sebagai entitas yang memiliki aset bersih.

Beberapa orang memahami perusahaan sebagai lembaga social yang beroperasi untuk memajukan seluruh anggota dan kelompok dalam masyarakat.Mereka melihat perusahaan bertanggung jawab kepada pemegang saham, manajemen, pegawai, pemasok, konsumen, pemerintah dan anggota public lainnya.

 

Beberapa Hipotesis Keprilakuan untuk Konsep yang Berbeda

Perusahaan yang sama, misalnya mengumpulkan fakta yang sama. Namun, fakta tersebut sering dipandang secara berbeda. Contoh ini semata-mata mengilustrasikan masalah yang telah diperhatikan oleh para psikolog selama bertahun-tahun. Apa yang disebut sebagai fakta objektif biasanya hanya merupakan sesuatu yang dipahami oleh seorang individu. Kita melihat dunia dengan cara yang agak berbeda dengan cara orang lain sehingga perbedaan dalam persepsi sangat mungkin terjadi.

Memang didasari bahwa persepsi yang berbeda sering menghasilkan toleransi dan memungkinkan seseorang untuk meneriama sudut pandang orang lain sebagai sesuatu yang sah (legitimate). Namun, sebagaimana disampaikan oleh Stagner, orang-orang sering menjadi sangat terlibat pada situasi di mana mereka gagal membedakan keterlibatan mereka sendiri dengan fakta spsifik. Secara khusus, ini terjadi pada situasi yng melibatkan konflik.

Alasan Terjadinya Perbedaan Persepsi

Secara jelas, persepsi, sikap, kerangka referensi, nilai, kelompok referensi, norma kelompok, lingkungan, budaya, sistem kepribadian berhubungan dengan pola interaksi secara tumpang tindih. Sikap ini adalah pembentukan psikologis yang kita pelajari sejalan dengan perkembangan kita; ketika dipelajari, sikap tersebut menuntut kita bertindak menurut karakteristik tertentu.Ini menunjukkan dampak keluarga perkembangan sikap dari setiap individu. Banyak orang menganggap faktor keluarga adalah pengaruh langsung utama karena keluarga merupakan filter biasa dimana budaya , kelas, agama, dan sumber-sumber lainnya mengalir keseorang individu diawal perkembangan usianya. Namun, terdapat peangaruh penting lain terhadap perkembangan sikap selain keluarga. Budaya adalah pengaruh paling penting yang sangat berbeda antara satu masyarakat dengan masyarakat lain. Ahli antropologi telah menunjukkan bagaimana perbedaan budaya bertanggung jawab atas bermacam-macam perbedaan sikap terhadap banyak hal.Namun, dalam pembahasan ini, budaya total tidak menjadi faktor penting karena terdapat perbedaan persepsi dalam satu budaya.

Selanjutnya, harus dinyatakan bahwa manusia tidak sepenuhnya menyadari seluruh aspek dari struktur nilai mereka atau bermacam-macam sikap yang masuk ke struktur tersebut. Oleh karena itu, mereka tidak sepenuhnya menyadari persepsi mereka terhadap lingkungan tertentu.

Setiap individu dalam masyarakat yang kompleks dipengaruhi oleh banyak kelompok baik geografis, agama, pendidikan, teman sebaya dan kelompok sosio ekonomi. Hal tersebut memberikan pengaruh dala hal norma kelompok dan standar sikap , banyak dari sikap yang berhubungan dengan situasi kerja dan masyarakt industrial.

Ini membuat yang membuat sudut pnadang berbeda.Bagi mereka, hal ini merupakan pembahasan masalah seperti kepemilikan dalam aset bersih, keuntungan, bunga, dividen, dan apjak penghasilan yang memungkinkan mengklasifikasikan persepsi perusahaan.

 

Beberapa Hipotesis Mengenai Konsep Kepemilikan

Terdapat hipotesis bahwa sebagian besar pemegang saham yang memiliki saham dari suatu perusahaan dalam jumlah yang substansial menganut pandanagan kepemilikan.Secara khusus, hal ini terjadi pada pemegang saham yang memiliki saham biasa dalam kuantitas yang substansial.Selanjutnya pengaruh dalam keluarga. Banyak istri dan anak dari pemegang saham yang besar juga menjadi pemegang saham, dan konsep kepemilikan diserap dalam atmosfer rumah. Banyak akuntan public mengikuti jejak ayahnya, dan bahkan ketika anaknya masuk kepekerjaan berbeda , mereka sering menggunakan banyak nilai orang tua sebagai bagian dari nilai yang dianutnya.

Sebagian besar pemegang saham yang memiliki saham dari perusahaan dalam yang jumlah yang substansial menganut pandangan kepemilikan.Diakui bahwa sebagian besar praktik akuntan publik didasarkan pada pandangan kepemilikan. Di Australia auditor ditunjuk oleh pemegang saham pada setiap rapat tahunan perusahaan dan laporan audit mereka pada catatan kaki neraca diberikan kepada pemegang saham. Pemeriksaan yang dilakukan oleh badan akuntansi professional cenderung berorientasi pada konsep kepemilikan dan memandang aset bersih sebagai sesuatu yang benar-benar dimiliki oleh pemegang saham.

 

Beberapa Hipotesis Berkaitan Dengan Konsep Entitas

Terdapat hipotesis bahwa sebagian besar pegawai perusahaan yang tanggung jawabnya didelegasikan menganut konsep entitas; semakin tinggi skala hierarkis dari pegawai ini, semakin kuat mereka menganut konsep ini. Mayoritas dari pegawai semacam ini, baik secara sadar maupun tidak, memandang entitas sebagai pemilik dari keuntungan ketika mereka mendapatkan aset bersih. Mereka cenderung memandang pemegang saham sebagai bagian yang penting bagi perusahaan, tetapi bukan bagi pemiliknya.

Pengaruh lingkungan dalam organisasi, seperti norma kelompok eksekutif, memasukkan dasar-dasar konsep entitas, dan pengaruh ini segera diinternalisasi oleh anggota kelompok yang terrlibat secara psikologis di posisi mereka masing-masing. Bahkan, fakta bahwa anggota kelompok tersebut mungkin menduduki posisi rendah sampai menengah di perusahaan sepertinya tidak menghalangi mereka untuk memiliki sudut pandang entitas yang sama dengan yang dipegang oleh eksekutif tersebut. Selain itu, juga disampaikan hipotesis bahwa isu saham psikologis bagi eksekutif tidak akan mengubah pandangan bahwa kesejahteraan mereka bergantung pada kehidupan dan keberhasilan entitas. Mereka tidak akan memandang dirinya sebagai pemilik.

 

Sumber:

Ikhsan Lubis, Arfan.2017. Akuntansi Keperilakuan: Akuntanssi Multiparadigma. Edisi 3.

                            Jakarta : Salemba Empat

0 Response to "Rangkuman Akuntansi Keperilakuan BAB 1 Konsep Akuntansi dan Hipotesis Keperilakuan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel